Belajar Islam di Jerman, Mengapa Tidak? (Bagian 3 dari 3 Tulisan)

Pada 2010 Pendidikan Agama Islam sudah diujicobakan di 42 sekolah di Hannover, ibukota negara bagian Lower Saxony.

Sekitar 2 ribu siswa Muslim tingkat sekolah dasar telah mendapatkan pendidikan agama Islam.

Kebijakan itu dipicu oleh gelombang sentimen anti-Islam, terutama sikap konservatif politisi Belanda Geerts Wilders yang membenci Islam dengan membikin film “Fitna”.

Bahkan di Jerman juga berdiri partai kebebasan yang dibentuk oleh anggota Parlemen Berlin, Rene Stadtkewitz, yang pandangan politiknya anti-Islam.

Partai Kebebasan bahkan sudah mengundang Wilders untuk berpidato di Berlin.

Dia mengatakan bahwa Islam menjadi penghalang integrasi antara imigran dengan masyarakat Jerman karena Islam bukan hanya agama, tapi juga sistem politik sehingga tidak toleran terhadap orang-orang yang berpikiran berbeda.

Kedua, jurusan teologi Islam dan jurusan pendidikan guru agama Islam dibuka dalam rangka mencegah kaum muda Muslim ikut pemikiran ekstrimisme dan kelompok radikal lainnya.

Seperti diketahui, komunitas Muslim di Jerman mengeluh karena mereka kekurangan ustad dan imam.

Biasanya ustadz dan imam banyak yang didatangkan dari negara asal masing-masing komunitas Muslim.

Akibatnya, selain kurangnya kemampuan berbahasa Jerman, ustad dan imam ‘impor’ juga kurang memiliki pemahaman dan wawasan yang memadai tentang lansekap sosio-kultural Jerman.

Di tengah makin maraknya penetrasi pemikiran ekstrimisme dan kelompok radikal, kebutuhan ustad dan imam seperti itu makin mendesak.

Dibukanya jurusan teologi Islam dan jurusan pendidikan guru agama Islam diharapkan mampu mencetak alumni-alumninya.

Tujuannya, selain menjadi guru agama Islam di sekolah-sekolah, juga menjadi ustad dan imam di komunitas-komunitas Muslim yang ada.

Sebagai contoh, Pusat Teologi Islam di Munster (Zentrum fur Islamische Theologie/ZIT) adalah satu dari empat pusat teologi Islam di Jerman.

Satu pusat teologi Islam membawahi dua jurusan di dua universitas.

Pusat teologi Islam itu antara lain, Muenster-Berlin, Frankfurt-Giessen/Marburg, Tubingen-Osnabruck, Nurnberg-Erlangen.

ZIT di Muenster merupakan pusat teologi Islam terbesar di Jerman dan mendapat bantuan sekitar 20 juta euro dari pemerintah Jerman.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *