Belajar Islam di Jerman, Mengapa Tidak? (Bagian 3 dari 3 Tulisan)

ZIT di Munster dipimpin oleh Mouhanad Khorchide. Dia menyebut dirinya sebagai seorang ilmuwan sekaligus ahli agama.

Menurut Khorchide, pendidikan di ZIT Muenster mengacu pada metode ilmiah yang juga diterapkan dalam pendidikan teologi umum.

Suasana belajar di ruang kuliah, ZIT Muenster didesain sebagaimana jurusan lainnya.

Dewan pengawas ZIT diisi oleh anggota dari empat organisasi besar Islam yang ada di Jerman, yakni DITIB/Diyanet Isleri Turk Islam Birligi, Kounsil Islam/Islamraat, VIKZ/Verband der Islamischen Kulturzentren, dan ZMD/Zentralrat der Muslims in Deutschland.

Pimpinan ZIT Muenster, Khorchide, menolak interpretasi kaum fundamentalis yang pro-kekerasan, dan ZIT ingin menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam.

Setiap tahun, ribuan orang melamar menjadi mahasiswa di ZIT, tetapi hanya sekitar 400-an mahasiswa yang bisa diterima.

Dua jurusan yang ditawarkan yakni jurusan teologi Islam dan jurusan Pendidikan Guru Agama Islam. Mahasiswa di pusat teologi tidak hanya laki-laki, tapi juga perempuan.

Mariam Sarway adalah salah mahasiswa di jurusan pendidikan guru agama Islam.

Dia sejak lama ingin bercita-cita menjadi guru agama Islam.

Apalagi sekarang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sudah diterapkan dalam kurikulum di sekolah-sekolah di Jerman.

Kebutuhan guru agama Islam di sekolah Jerman meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir.

Sarway berharap bisa segera lulus kuliah dan berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan guru agama Islam di Jerman.

Di ZIT Muenster ada Daniel Garske yang memilih belajar di jurusan teologi Islam, bukan jurusan pendidikan guru agama Islam.

Dia adalah seorang muallaf dan baru mulai belajar tentang teologi Islam dalam beberapa tahun belakangan.
Garske mengatakan bahwa dengan pengetahuan yang dia dapatkan di bangku kuliah. Dia nantinya ingin bekerja di bidang teologi Islam.

Saya juga ingin membantu agar wajah dan citra Islam dalam masyarakat Jerman dan Eropa menjadi lebih baik lagi. (Tamat)

*)Penulis sedang menempuh pendidikan di Goethe-Universität Frankfurt.

(Artikel ini sudah terbit di Jurnal Mlangi Volume IV No 4 Juli-November 2017)

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *