Belajar Islam di Jerman, Mengapa Tidak? (Bagian 2 dari 3 Tulisan)

Laporan tersebut memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas dalam pengajaran dan penelitian serta menambah berbagai fasilitas material yang penting di universitas, perpustakaan, museum dan berbagai koleksi.

Pada 1972 dilaporkan bahwa komunitas Oriental Jerman atas kajian-kajin Timur telah membuat beberapa rencana yakni;

(a) Bidang kajian-kajian Timur terbagi dalam 20 bagian dan ada beberapa materi yang harus disusun ulang,

(b) Relevansi kajian-kajian Timur tentang masyarakat dipaparkan kurang lebih yakni memperdalam pemahaman tentang orang-orang Asia dan Afrika terutama pada saat itu dilihat dari sudut pandang tentang penemuan diri dengan cara yang berbeda dan berbagai perubahan yang terjadi dalam budaya mereka,

(c) Setelah perkembangan yang menggembirakan di Jerman, studi ketimuran dijadikan sebagai kajian akademis yang banyak diminati, sehingga ada beberapa tugas pokok berjalan seiring dengan tanggung jawab terhadap studi ketimuran dan ada beberapa tema penelitian yang menjadi prioritas, dan

(d) Perencanaan penelitian sebagai bagian dari studi ketimuran seharusnya tidak dari biaya prakarsa (kalau tidak memungkinan menggunakan biaya pribadi) dan studi ketimuran dapat mengembangkan program-program tambahan dalam bidang sejarah, ekonomi dan ilmu pengetahuan sosial.

Kini ada Islamische Theologie di bawah ZIT/Zentrum fur Islamische Theologie

Kaum Muslim di Jerman awalnya memiliki populasi sekitar 4,7 juta, dan 2,5 juta di antaranya berasal dari Turki.

Sejak masuknya pengungsi Irak dan Suriah, dalam kurun waktu 2015-2016, Jerman menerima lebih dari 1,5 juta pengungsi, yang membuat populasi umat Islam di Jerman naik.

Sekarang diperkirakan populasi Muslim di Jerman lebih dari 6 juta, dan mungkin menjadi yang terbanyak di Eropa. Bahkan mengungguli Prancis yang populasi Muslimnya lebih dari 5 juta.

Berbagai persoalan mewarnai hubungan antara kaum Muslim dan dengan kaum agama lain serta dengan pemerintah Jerman. Ini telah mendapatkan perhatian serius dari kalangan akademisi dan pemerintah Jerman.

Dewan Jerman untuk Sains dan Humaniora (Wissenschaftstrat) menjelaskan bahwa mereka mulai menyediakan dukungan bagi pembukaan jurusan Studi-Islam sebagai bagian dari universitas sejak 2010.

Dewan itu yang juga merupakan dewan penasehat penting bagi pemerintah di bidang akademik, telah melakukan assessment jurusan studi-Islam sejak 2010.

Itu didahului dengan diskusi-diskusi mendalam sejalan dengan fenomena bahwa Islam makin menjadi isu di Jerman.

Prof Reinhard Schulze yang menjadi salah satu anggota dewan itu ingat bahwa dulu sebenarnya studi-Islam dan teologi Islam tidak menjadi isu di Jerman.

Tapi kini, pembukaan jurusan studi-Islam menjadi konklusi logis dari eksaminasi yang produktif di bidang akademik, khususnya studi Islam dan teologi Islam di Universitas Jerman.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *